Selasa, 19 Februari 2013

PENYEBAB PENYAKIT NGOROK

Seorang peternak bercerita kepada tim Technical Support Medion bahwa ayamnya terkena penyakit ngorok atau gangguan pernapasan. Ia pun kemudian bertanya mengapa hal itu bisa terjadi dan bagaimana cara mengatasinya? Menanggapi hal ini tentu kita menyadari bahwa di suatu peternakan ayam, peristiwa ngorok sudah sering terjadi dan menurut banyak ahli peternakan, ngorok pada ayam bukanlah nama suatu penyakit, melainkan salah satu gejala klinis dari penyakit yang menyerang saluran pernapasan ayam. Dan penyebabnya pun bisa bermacam-macam.
 Sistem Pernapasan Ayam
Secara umum, fungsi utama saluran pernapasan ayam adalah menyediakan suplai oksigen (O2), mengeluarkan karbondioksida (CO2), memperlancar mekanisme pengaturan suhu tubuh, dan berperan dalam proses kekebalan primer. Agar sistem pernapasan ayam bisa berfungsi dengan baik, maka ketersediaan udara bersih dan kondisi saluran pernapasan yang sehat wajib dipenuhi.
Ayam sendiri memiliki sistem pernapasan yang agak berbeda dengan sistem pernapasan pada mamalia, karena dilengkapi dengan kantung udara yang mempunyai struktur dan fungsi yang unik, serta paru-paru yang tergolong sederhana. Dari segi anatomi, alat pernapasan ayam sedikitnya terdiri dari 3 komponen penting, yaitu:
  • Saluran pernapasan atas
Saluran pernapasan ayam bagian atas terdiri dari rongga hidung, laryng, trakea (tenggorokan), bronkus dan bronkiolus. Rongga hidung juga terhubung langsung ke bagian sinus, dimana sinus merupakan tempat predileksi (kesukaan) sebagian bibit penyakit yang masuk melewati saluran pernapasan.
Tubuh ayam secara alami memiliki serangkaian mekanisme pertahanan terhadap berbagai serangan agen penyakit. Salah satunya adalah sistem pertahanan primer. Kulit, silia (bulu getar) saluran pernapasan, lendir/mukus, enzim sampai reaksi bersin dan batuk termasuk dalam sistem pertahanan ini. Tidak berfungsinya sistem pertahanan primer, terutama sistem pertahanan pada saluran pernapasan, menjadi pemicu utama masuknya bibit penyakit.
Saat ayam menarik napas, udara pertama kali akan masuk ke dalam rongga hidung. Rongga hidung ini dilengkapi dengan silia (bulu getar) yang berperan menyaring partikel-partikel yang tercampur udara yang dihirup ayam, seperti debu maupun bibit penyakit. Namun silia hidung ini hanya mampu menahan partikel berukuran 3,7-7,0 mikron saja. Sedangkan partikel dengan ukuran lebih kecil, yaitu 0,091-1,100 mikron akan lolos dan menempel pada trakea, bronkus dan bronkiolus.
Perlu diketahui juga bahwa ukuran partikel yang berada di udara kebanyakan memiliki diameter 1-5 mikron, sedangkan virus atau bakteri berukuran lebih kecil lagi. Contohnya bakteri Mycoplasma sp. (penyebab CRD) berukuran 0,25-0,5 mikron, atau virus AI yang hanya berdiameter 0,08-0,12 mikron. Bisa dibayangkan jika silia mengalami kerusakan, maka bibit penyakit dengan mudah masuk ke saluran pernapasan dan ayam akan mengalami gangguan pernapasan.
Selanjutnya pada bagian trakea, bronkus dan bronkiolus yang dilengkapi dengan sel-sel epitel tidak bersilia, akan menghasilkan lendir yang mengandung enzim proteolitik dan surfaktan (penurun tegangan permukaan). Adanya enzim dan surfaktan tersebut mampu menghancurkan beberapa bibit penyakit.


Pada ketiga bagian tersebut juga diketahui menghasilkan antibodi yang disebut imunoglobulin (Ig) A. Antibodi ini berfungsi mencegah pelekatan agen infeksi pada permukaan dan menetralisirnya. Selain Ig A, juga terdapat Ig E dan Ig G. Ig A berperan menyingkirkan protein asing atau larva cacing yang masuk melalui permukaan tubuh, sedangkan Ig G berfungsi melindungi permukaan tubuh terhadap reaksi peradangan.
  • Paru-paru
Anatomi paru-paru ayam tersusun atas jaringan yang kenyal dan banyak pembuluh darah, sehingga memudahkan terjadinya proses pertukaran udara. Pada bagian paru-paru juga terdapat banyak percabangan bronkus yang disebut sebagai parabronkus. Pada beberapa area, ujung- ujung parabronkus ini akan bersatu dan terhubung langsung dengan kantung udara.
  • Kantung udara
Udara dari paru-paru masuk ke dalam kantung udara. Kantung udara sangat berperan penting dalam pernapasan ayam terutama saat proses menghirup udara (inspirasi), maupun mengeluarkan udara (ekspirasi). Perubahan pada kantung udara, seperti kantung udara mengalami peradangan atau berwarna keruh, bisa menjadi salah satu indikasi infeksi penyakit pernapasan tertentu.

Ngorok dan Penyebabnya
Ngorok pada ayam bisa disebabkan oleh agen infeksius (penyakit, red) maupun non infeksius, seperti udara yang berdebu, amonia, perubahan cuaca, dll. Beberapa penyakit infeksius yang mempunyai manifestasi klinis gangguan pernapasan, dan selalu menduduki 10 besar ranking penyakit di ayam pedaging dan petelur, diantaranya adalah CRD, colibacillosis, korisa, ILT, ND, IB dan AI. Namun penyakit yang secara spesifik memiliki target utama di organ pernapasan adalah CRD, colibacillosis, korisa dan ILT. Sedangkan ND, IB dan AI, selain menyerang organ pernapasan juga menyerang bagian organ tubuh ayam lainnya.
  • Faktor non-infeksius
Ayam komersial modern secara genetik mempunyai kemampuan tumbuh dan berproduksi lebih cepat dibanding ayam tipe lain. Namun pertumbuhan badan yang cepat ini tidak sebanding dengan perkembangan organ vital dalam ayam yaitu jantung dan paru-parunya. Sehingga kedua organ ini sangat rentan terhadap gangguan baik dari dalam maupun luar tubuh.
Untuk menunjang pertumbuhan badan ayam, paru-paru dipaksa bekerja keras menyuplai O2 untuk metabolisme tubuh. Karena pentingnya suplai O2 tersebut, maka udara bebas yang terdapat di dalam kandang haruslah berkualitas. Manajemen litter, tingkat kepadatan ayam, suhu dan kelembaban kandang, serta ventilasi kandang akan mempengaruhi kualitas udara ini. Banyaknya partikel debu di udara tentu saja akan semakin memperberat kerja saluran pernapasan atas. Dan bukan tidak mungkin, saluran pernapasan atas pun akan mengalami kerusakan/luka akibat tingginya debu dalam udara dalam kandang.
a)  Suhu dan kelembaban
Kondisi suhu dan kelembaban yang tidak sesuai bisa mengakibatkan gangguan fungsi sinus dan organ pernapasan lainnya. Suhu yang nyaman bagi ayam ialah 25-28ÂșC dengan kelembaban 60-70%. Saat kelembaban udara <50% akan mengakibatkan membran mukosa saluran pernapasan, termasuk sinus menjadi kering. Akibatnya aktivitas silia terhambat dan potensi masuknya partikel debu maupun bibit penyakit pun semakin besar.
b)  Amonia
Suhu yang tinggi dalam kandang juga akan meningkatkan konsumsi air minum ayam sehingga kotoran ayam menjadi lebih encer. Jika kondisi kelembaban udara dalam kandang cukup tinggi, maka kondisi litter pun akan menjadi basah dan memicu tingginya kadar amonia. Selain suhu dan kelembaban, tingginya kadar amonia juga bisa dipicu oleh kadar protein ransum yang berlebih sehingga dibuang bersama feses, serta akibat sistem ventilasi yang kurang baik.
Amonia yang terhirup akan mengiritasi saluran pernapasan ayam, dan menyapu silia di mukosanya. Sel-sel yang ada di permukaan saluran pernapasan menjadi rusak, produksi lendir menjadi berlebih, gerakan silia terganggu bahkan tidak berfungsi. Amonia juga mengakibatkan iritasi pada konjungtiva mata, sehingga mekanisme awal pertahanan tubuh menjadi terganggu.


Jika organ pernapasan sudah rusak, maka bibit penyakit yang terbawa udara akan mudah sekali menempel di saluran pernapasan karena sistem pertahanan mekanik tidak berfungsi optimal. Di tempat ini agen tersebut akan berkembang biak, dan akhirnya menimbulkan kerusakan lebih parah. Adanya luka di saluran pernapasan inilah yang menyebabkan ayam ngorok dan batuk.


  • Faktor infeksius
a)  CRD dan CRD kompleks
Chronic respiratory disease (CRD) merupakan penyakit bakterial oleh Mycoplasma gallisepticum yang menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan. M. gallisepticum masuk bersamaan dengan aliran udara yang sebelumnya telah terkontaminasi. Ketika memasuki saluran pernapasan ayam, agen penyakit ini menempel pada mukosa saluran pernapasan dan merusak sel-selnya.
Selain itu, M. Gallisepticum juga diketahui menghasilkan senyawa ciliostatic yang dapat menyebabkan aktivitas silia melemah (Bradbury, 2006). Selanjutnya bakteri ini akan memicu terjadinya radang pada sel-sel mukosa sehingga aliran darah di daerah tersebut meningkat. Bakteri kemudian ikut ke dalam aliran darah dan menuju kantung udara, dimana kantung udara merupakan tempat yang cocok untuk M. gallisepticum hidup dan berkembang biak.
Rusaknya saluran pernapasan oleh M. gallisepticum akan menekan sistem kekebalan lokal pada lokasi tersebut sehingga agen penyakit lain mudah masuk ke dalam tubuh ayam. Atau dengan kata lain, CRD berperan sebagai pembuka pintu gerbang sistem pertahanan primer dan akhirnya memicu serangan infeksi penyakit sekunder.


Gabungan antara penyakit sekunder dengan CRD tentunya akan memunculkan gejala infeksi yang jauh lebih kompleks. Ayam tampak batuk, ngorok, bersin, keluar leleran dari mata, dan hidung. Pada pemeriksaan bedah bangkai trakea terlihat memerah, kantung udara keruh, menebal dan kadang juga terlihat berbusa. Jika bakteri oportunis seperti E. coli masuk, maka keadaan akan semakin parah, hingga munculah yang disebut dengan CRD kompleks. Kantong udara menebal dan terdapat masa mengkeju pada daerah tersebut, juga di dalam rongga perut. Jantung dan hati akan diselimuti oleh selaput berwarna putih kekuningan.


b)  Korisa
Korisa merupakan penyakit bakterial yang disebabkan oleh Haemophilus paragallinarum atau Avibacterium paragallinarum, dengan lokasi predileksi utamanya di sinus infraorbitalis. Ayam yang terserang korisa akan mengalami pembengkakan muka, terutama di sekitar sinus infraorbitalis.
Selain itu, tak jarang juga ditemukan mata berair seperti menangis. Saat dilakukan bedah bangkai, akan ditemukan di sekitar sinus infraorbitalis, adanya lendir atau kotoran dari hidung yang mula-mula encer dan berlanjut sampai kental yang berbau menyengat, seperti bau telur busuk.
c)  ILT
Virus ILT lebih suka tinggal pada sel epitelium batang tenggorok (trakea). Itulah sebabnya mengapa virus ini mempunyai konsentrasi yang sangat tinggi pada permukaan trakea ayam yang terinfeksi secara alamiah atau pada ayam yang pernah divaksinasi dengan vaksin ILT (Bagus, 2000). Pintu masuk virus ILT yang alami yaitu melalui saluran pernapasan bagian atas dan mata (okuler).
Menurut Lister (1997), ada dua bentuk manifestasi serangan ILT pada ayam, yaitu bentuk akut dan kronis. Ayam yang mengalami infeksi akut akan menunjukkan kesulitan bernapas (dyspnea) disertai suara ngorok dan batuk. Sumbatan trakea akibat adanya eksudat kental akan menyebabkan ayam bernapas dengan mulut terbuka sambil menjulurkan lehernya. Pada sejumlah ayam dapat pula ditemukan adanya leleran kental bercampur darah dari hidung atau mulut dan adanya cairan berbusa pada mata.


Bentuk kronis adalah bentuk serangan ILT yang berjalan lambat, ditandai oleh gejala ayam lesu, mata berair, gangguan pernapasan yang ringan (batuk ringan), conjunctiva kemerahan, kebengkakan sinus infraorbitalis, leleran dari hidung yang terus-menerus serta penurunan produksi telur. Bentuk ini juga ditandai dengan adanya material seperti keju pada permukaan trakea dan laryng.


d)  ND, IB dan AI
Batuk, susah bernapas, ngorok dan lendir keluar dari hidung merupakan gangguan pernapasan yang sering ditemukan pada serangan ND, IB dan AI low pathogenik. Peradangan dan perdarahan trakea adalah gejala perubahan bedah bangkai dari ayam yang terinfeksi ND, IB atau AI. Jika perdarahan atau peradangan terjadi di trakea bagian bawah (mendekati bronkus) besar kemungkinan penyebabnya ialah serangan virus IB. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ND, IB dan AI selain menyerang saluran pernapasan juga menyerang organ tubuh lainnya.

Kendalikan Faktor Pemicu Kerusakan Sistem Pernapasan Atas
Untuk mengatasi gangguan pernapasan ayam, kita perlu mencari akar permasalahnnya terlebih dahulu. Pemberian antibiotik tidak akan memberikan hasil jika penyebab utamanya tidak kita tangani. Jika kondisi lingkungan sekitar jelek, maka hal itu juga perlu diperbaiki, disamping dengan pemberian obat.
Penyakit pernapasan pada ayam, mempunyai gejala klinis yang hampir sama antara penyakit yang satu dengan lainnya, sehingga terkadang sulit untuk dibedakan. Oleh karena itu, dalam mendiagnosa diperlukan beberapa kumpulan sejarah penyakit, gejala klinis dan perubahan patologi anatomi. Akan lebih meyakinkan lagi apabila diagnosa didukung dengan pemeriksaan uji laboratorium.
Kerusakan sistem pernapasan ayam akan memberikan konsekuensi tersendiri. Ayam menjadi relatif mudah terserang bibit penyakit. Beberapa organ pernapasan seperti sinus hanya memiliki sedikit pembuluh darah. Sama halnya dengan kantung udara. Akibatnya saat organ pernapasan ayam sudah rusak, maka pengobatannya menjadi relatif lebih sulit dan kasusnya tidak bisa diatasi secara tuntas. Fenomena ini nampak pada kasus infeksi korisa, dimana ayam yang telah terinfeksi korisa berperan sebagai carrier (pembawa penyakit). Dan suatu waktu, terutama saat kondisi ayam kurang fit maka bakteri korisa bisa menyerang kembali.

Menghindari atau meminimalkan faktor penyebab kerusakan organ pernapasan menjadi salah satu solusi yang perlu kita kedepankan. Pada dasarnya pengendalian faktor-faktor tersebut bisa dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu penerapan tata laksana pemeliharaan secara baik, pelaksanaan biosecurity secara ketat dan aplikasi obat maupun vaksin secara tepat.

1)  Mengendalikan faktor infeksius
M. gallisepticum penyebab CRD merupakan bakteri yang memiliki predileksi di kantung udara yang minim pembuluh darah, sehingga untuk pengobatan CRD digunakan antibiotik yang mempunyai distribusi yang baik ke jaringan. Contoh antibiotik yang bisa diberikan antara lain Doxyvet, Neo Meditril, Therapy atau Proxan-S.
Sedangkan bakteri penyebab korisa, H. paragallinarum merupakan bakteri yang relatif mudah mati saat di luar tubuh ayam. Hanya saja saat telah menginfeksi ke dalam tubuh ayam dan menduduki sinus infraorbitalis, bakteri ini bisa bertahan sampai akhir hidup ayam. Oleh karena itu seringkali peternak mengkombinasikan antara pengobatan dan vaksinasi dalam pengendalian korisa.
Vaksinasi akan menstimulasi terbentuknya titer antibodi dalam tubuh ayam sehingga saat ada serangan korisa tubuh ayam sudah memiliki antibodi yang dapat menekan serangan korisa itu. Jadwal vaksinasi korisa hendaknya dilakukan pada 3-4 minggu sebelum umur serangan korisa. Sedangkan program umum vaksinasi korisa yang direkomendasikan untuk ayam petelur yaitu ketika ayam berumur 6-8 minggu dan diulang saat umur 16-18 minggu. Dan untuk ayam pedaging di umur 1-2 minggu. Vaksin yang bisa dipilih antara lain Medivac Coryza B (berbentuk suspensi), Medivac Coryza T (berbentuk emulsi), dan Medivac Coryza T Suspension (berbentuk suspensi).
Jika korisa sudah terlanjur menyerang, maka pengobatan korisa bisa dilakukan melalui air minum dengan Amoxitin, Proxan-S, Doctril, Neo Meditril, Duoko atau Erysuprim maupun secara injeksi dengan Gentamin, Vet Strep atau Kanamin. Pada kasus yang parah, dimana ayam mengalami kebengkakan muka dan nafsu makan serta minumnya berkurang, maka aplikasi pengobatan sebaiknya dilakukan secara injeksi.
Berbeda dengan CRD dan korisa, serangan ILT, ND, IB dan AI tidak bisa dikendalikan dengan pemberian obat, karena penyakit ini disebabkan oleh virus. Oleh karena itu, vaksinasi merupakan langkah utama yang wajib dilakukan untuk mencegah serangannya. Vaksinasi ILT pada ayam petelur bisa dilakukan diumur 10-16 minggu (untuk daerah peternakan dengan serangan ILT rendah), atau umur 6-7 minggu (untuk daerah peternakan dengan resiko serangan ILT tinggi) dan diulang umur 16-17 minggu. Sedangkan di ayam pedaging dilakukan umur 2-3 minggu menggunakan Medivac ILT.
Pengendalian faktor infeksius di atas merupakan langkah yang spesifik pada masing-masing kasus. Sebaiknya lakukan pula monitoring titer antibodi untuk melihat gambaran titer setiap periodenya sehingga kita bisa menentukan jadwal vaksinasi yang tepat. Berikan pula suplementasi multivitamin seperti Fortevit, Aminovit atau Vita Stress untuk meningkatkan stamina tubuh ayam.
Guna mendukung dan mengoptimalkan treatment di atas perlu juga dikombinasikan dengan penerapan tata laksana pemeliharaan dan biosecurity yang baik, diantaranya dilakukan pengisolasian atau pemisahan ayam yang terinfeksi dan telah parah, memperbaiki manajemen pemeliharaan (ventilasi udara, ransum, dll) serta menekan jumlah tantangan bibit penyakit dengan cara melakukan semprot (desinfeksi) kandang menggunakan Antisep atau Neo Antisep (untuk kandang isi), dan Formades atau Sporades (untuk kandang kosong).
2)  Menekan faktor non infeksius
Langkah menekan faktor non infeksius berkaitan erat dengan penerapan manajemen pemeliharaan dan biosecurity.
 
  • Suplai oksigen harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitas
  • Sistem penapasan ayam berfungsi mensuplai udara atau O2 ke dalam tubuh ayam. Jika udaranya kurang berkualitas, tentu akan mengakibatkan gangguan pada sistem pernapasan ayam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan suplai oksigen yang baik ialah pengaturan ventilasi kandang, manajemen buka tutup tirai, penambahan exhaust fan dan pengaturan kepadatan maupun jarak kandang.
  • Atur suhu dan kelembaban kandang
    Suhu dan kelembaban yang tidak sesuai akan mengakibatkan ayam stres (bersifat immunosuppressive) sehingga sistem kekebalan tubuh menurun. Kepadatan kandang, sirkulasi udara dan penambahan exhaust fan bisa menjadi solusi mempertahankan suhu dan kelembaban optimal.
  • Litter hendaknya berkualitas
    Kondisi litter harus dijaga agar tidak lembab, karena litter yang basah bisa memicu pembentukan amonia 300x lebih cepat. Pilih bahan litter yang memiliki daya serap air baik, contohnya sekam padi. Hati-hati saat mengganti air minum, dan tampias air hujan.
Faktor penyebab ayam ngorok banyak sekali macamnya, dan hal itu mengindikasikan bahwa organ pernapasan ayam sudah mengalami gangguan/ kerusakan. Hal ini tentunya tidak bisa dibiarkan berlarut-larut dan dianggap sepele, sehingga penyebab ayam ngorok harus cepat ditelusuri agar bisa segera ditangani.

1 komentar:

  1. bang, obat atau vaksin untuk bakteri pa ja ya bang?mhon diinfokan...trima kasih...

    BalasHapus